Teknologi Ramah Lingkungan

 

A.    Pengertian teknologi ramah  lingkungan

Teknologi yaitu semua hal yang diciptakan secara sengaja oleh manusia melalui akal serta pengetahuannya untuk memberikan kemudahan dalam kehidupan sehari-hari (Pother, 1992). Menurut  (Ofani, 2015) teknologi sebagai alat yang digunakan oleh individu untuk membantu menyelesaiakn tugas-tugas mereka. Kardono (2010) mengatakan bahwa ramah lingkungan artinya tidak mengakibatkan kerusakan pada lingkungan sebagai tempat tinggal manusia. Maka, teknologi ramah lingkungan yaitu teknologi yang diciptakan untuk memepermudah kehidupan manusia namun tidak mengakibatkan kerusakan atau memberikan dampak negatik pada kingkungan di sekelilingnya.

Teknologi ramah lingkungan atau sering disebut dengan sustainable technology/green technology merupakan bentuk penerapan teknologi yang memperhatikan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan. Teknologi tersebut bertujuan untuk memberi kemudahan dan pemenuhan keperluan manusia. Suatu teknologi dikatakan teknologi ramah lingkungan jika memenuhi syarat-syarat tertentu. Teknologi ramah lingkungan bertujuan untuk menghasilkan berbagai produk dan jasa untuk kepentingan manusia. Teknologi tersebut memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbarui dan tidak menghasilkan limbah yang membahayakan lingkungan. Selain itu, teknologi ramah lingkungan juga dapat menggunakan bahan yang dapat didaur ulang (Zubaidah et al., 2018).

Tabel 1. Perbedaan teknologi ramah lingkungan dengan teknologi tidak ramah lingkungan

No.

Teknologi Ramah Lingkungan

Teknologi tidak ramah lingkungan

1.

Dalam pembuatannya memperhatikan keseimbangan lingkungan

Dalam pembuatannya tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan

2.

Bahan-bahan yang digunakan dapat diperbarui

Bahan-bahan yang digunakan tidak dapat diperbarui

3.

Bahan-bahan yang digunakan dapat didaur ulang

Bahan-bahan yang digunakan tidak dapat didaur ulang

4.

Tidak menghasilkan polutan yang berbahaya

Menghasilkan polutan yang berbahaya

 

B.     Aplikasi teknologi ramah lingkungan

Teknologi ramah lingkungan telah diterapkan dalam berbagai bidang antara lain di bidang energi, transportasi, lingkungan, dan industri.

1.      Teknologi ramah lingkungan bidang energi

a.       Bahan bakar dari tumbuhan (Biofuel)

Biofuel adalah cairan yang berasal dari biomassa, terutama dari tumbuhan (bahan nabati). Bentuk biofuel yang paling populer saat ini ialah biodiesel dan bioetanol. Biofuel dianggap sebagai pengganti sempurna untuk bahan bakar fosil karena biofuel lebih ramah lingkungan. Ada tiga generasi biofuel: biofuel generasi pertama (terbuat dari gula, tepung, minyak makan, atau lemak hewan), biofuel generasi kedua (terbuat dari non-tanaman pangan), dan biofuel generasi ketiga (terbuat dari alga). Biofuel yang dihasilkan dari mokroalga ini merupakan jenis biodiesel (Amy & Sachari, 2014, p. 1).

            Gambar 1. Klasifikasi biofuel berdasarkan bahan bakunya

              (Sumber : Zubaidah et al., 2018)

Ada beberapa keunggulan biofuel dibandingkan bahan bakar fosil, dan salah satu yang sering dibicarakan adalah bahwa biofuel merupakan  sumber  energi  terbarukan  yang  lebih  ramah  lingkungan  dibandingkan  bahan  bakar  fosil,  karena  biofuel  secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca. Namun, biofuel juga memiliki kekurangan. Meskipun secara umum memang jauh lebih ramah  lingkungan  dibandingkan  bahan  bakar  fosil,  tetapi  ini  tidak  berarti bahwa  biofuel  tidak  menyebabkan  masalah  pada lingkungan.  Beberapa  ahli  lingkungan  khawatir  bahwa  produksi  biofuel  akan  menciptakan  masalah  pada  keanekaragaman hayati, karena banyak binatang akan kehilangan habitatnya akibat lahan yang semakin banyak digunakan untuk memproduksi biofuel. Biofuel juga bisa menyebabkan masalah deforestasi yang lebih hebat di beberapa negara berkembang jika ekplorasinya dilakukan secara berlebihan (Amy & Sachari, 2014, p. 2).

Ada  dua  jenis  biofuel yaitu  dalam  bentuk  etanol  (C2H5OH)  dan  biodiesel. Etanol merupakan salah satu jenis alkohol yang dapat dibuat dengan  fermentasi  karbohidrat  atau  reaksi  kimia  gas  alam.  Beberapa  tumbuhan   yang   mengandung   karbohidrat   tinggi   seperti   jagung,   sorgum, dan singkong biasanya digunakan untuk menghasilkan etanol. Berbeda   dengan   bioetanol,   bahan   baku   pembuatan   biodiesel   berasal  dari  lemak  nabati,  misalnya  dari  minyak  kelapa  sawit  (Elaeis guineensis   Jacq.)   atau   minyak   jarak   pagar   (Jatropha   curcas   L.) (Zubaidah et al., 2018, p. 212).

b.      Biogas

Biogas merupakan jenis bahan bakar alternatif yang diperoleh dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang  hidup  di  lingkungan  tanpa  oksigen).  Bakteri  anaerob  bekerja  dengan cara mengubah zat organik menjadi gas metana (CH4) sebesar 75%, dan sisanya adalah gas karbon dioksida, hidrogen, serta hidrogen sulfida (Zubaidah et al., 2018, p. 212).

Gambar 2. Skema Pembuatan Biogas

                                                (Sumber : Zubaidah et al., 2018)

Energi   biogas   merupakan   energi alternatif  sebagai  pengganti  bahan  bakar khususnya minyak tanah dan dipergunakan untuk memasak. Dalam skala besar, biogas dapat    digunakan    sebagai    pembangkit energi  listrik,  karena  biogas  adalah  energi yang dapat diperbarui. Biogas  adalah  gas  yang  dihasilkan dari     proses     penguraian     bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka    oksigen    (anaerob). Komponen biogas:  ±  60  %  CH4  (metana),  ±  38  % CO2 (karbondioksida), ± 2 % N2, O2, H2, dan   H2S (Irawan & Suwanto, 2016, p. 45).

Lingkungan  yang  memiliki  peternakan  dan  tempat  atau  pabrik  pengolahan makanan (tempat pembuatan tahu, tempe, ikan pindang, dan   brem)   merupakan   tempat   strategis   bagi   pembuatan   biogas.  Teknologi  ini  tidak  hanya  bermanfaat  karena  mampu  menghasilkan  sumber  energi  alternatif,  tetapi  juga  dapat  menjaga  kebersihan  lingkungan.  Limbah  organik  dari  hewan  ternak  dan  industri  pembuatan  makanan  tidak  dibuang  begitu  saja,  tetapi    dijadikan biogas (Zubaidah et al., 2018, p. 213).

c.       Sel surya (Solar cell)

Energi cahaya matahari menjadi energi listrik dengan menggunakan photovoltaic (PV) cell, atau sering disebut solar cell atau sel surya. Pada umumnya sel surya memiliki ukuran yang tipis (hampir sama dengan selembar kertas). Sel surya terbuat dari silikon (Si) yang dimurnikan atau polikristalin silikon dengan beberapa logam yang mampu menghasilkan listrik (Zubaidah et al., 2018, p. 213).

Panel     surya     adalah     peralatan     utama     sistem     pembangkit  listrik  tenaga  surya  yang  berfungsi  untuk  mengkonversikan    energi    cahaya    matahari    menjadi    energi  listrik  secara  langsung.  Besar  daya  keluaran  yang  dihasilkan  dari  proses  konversi  tersebut  ditentukan  oleh  beberapa  kondisi  lingkungan  dimana  sebuah  panel  surya  berada  seperti  intensitas  cahaya  matahari,  suhu,  arah  datangnya  sinar  matahari  dan  spektum  cahaya  matahari (Fachri et al., 2015, p. 123)

Panel    surya    memiliki    beberapa    keunggulan,    di    antaranya    tidak  menghasilkan  emisi  gas  rumah  kaca,  mampu  menghasilkan  energi  cukup  besar,  dan  mudah  dipasang  atau  dipindahkan  atau  dikembangkan.    Meskipun    memiliki    banyak    keunggulan,    panel    surya   juga   memiliki   beberapa   kekurangan,   di   antaranya   adalah   membutuhkan sistem penyimpanan listrik dan komponen pada panel surya  ini  termasuk  jenis  bahan  yang  berbahaya (Zubaidah et al., 2018, p. 214).

 

                                                            d.      Geotermal

 

Energi   geotermal   merupakan   panas   yang   tersimpan   dalam   tanah,   lapisan   dasar   bumi,   dan   cairan   dalam   kerak   bumi.  Salah  satu  cara  untuk  mengambil  energi  geotermal  ini  dengan  menggunakan sistem pompa panas geotermal “geothermal heat pump system”.    Sistem  ini  dapat  memanaskan  dan  mendinginkan  sebuah  rumah dengan memanfaatkan perbedaan temperatur. Sistem ini banyak digunakan di negara yang memiliki empat musim, yaitu musim dingin, musim  semi,  musim  panas,  dan  musim  gugur (Zubaidah et al., 2018).

2.      Teknologi ramah lingkungan bidang transportasi

a.       Kendaraan hidrogen (Hydrogen vehicle)

Kendaraan  hidrogen  merupakan  kendaraan  yang  menggunakan  hidrogen sebagai bahan bakar penggerak mesin. Di dalam kendaraan ini terpasang alat yang mampu mengubah energi kimia dari hidrogen menjadi energi mekanik. Alat tersebut bekerja dengan cara membakar hidrogen dalam mesin pembakaran internal atau dengan mereaksikan hidrogen  dengan  oksigen  dalam  fuel  cell  untuk  menggerakkan  motor  listrik (Zubaidah et al., 2018).

b.      Mobil surya (Solar car)

Mobil  surya  merupakan  mobil  yang  energi    utamanya    berasal    dari    sinar    matahari. Salah satu contoh mobil surya adalah  bus  surya. Bus  ini  menggunakan  sinar  matahari  untuk  memberikan  energi  pada  alat-alat  listrik  dalam  bus  dan  energi  yang  digunakan  sebagai    penggerak    pada    mesin    bus.   Pengenalan  bus  ini  sebagai  alat  transportasi  umum  bertujuan  untuk  mengembangkan  alat  transportasi  yang  ramah  lingkungan (Zubaidah et al., 2018).  

c.       Mobil listrik (Electric car)

Mobil  Listrik  adalah  alat  transportasi  yang tidak   banyak   menggunakan   sumber   energi   dari fosil  dan  minyak bumi.  Mobil  listrik  adalah  mobil yang  digerakkan  oleh  tenaga  listrik  yang  disimpan dalam  baterai  maupun  tempat  penyimpanan  energi lainnya. Hal   yang paling utama adalah mobil listrik tidak menghasilkan  polusi  udara,  selain  itu  mobil  listrik juga   mengurangi  efek  rumah  kaca  karena  tidak membutuhkan bahan bakar fosil sebagai  penggerak utamanya (Mulyadi et al., 2019, p. 1).

3.      Teknologi ramah lingkungan bidang lingkungan

a.       Biopori 

Biopori (biopore) merupakan ruang atau pori dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk hidup seperti  fauna  tanah  dan  akar  tanaman.  Bentuk  biopori  menyerupai  liang  (terowongan  kecil)  dan bercabang-cabang  sehingga  sangat  efektif  dalam  menyalurkan  air  dan  udara  ke  dan  di  dalam tanah.  Biopori  terbentuk  oleh  adanya  pertumbuhan  dan  perkembangan  akar  tanaman  di  dalam tanah  serta  aktivitas fauna  tanah  (Brata  dan  Nelistya,  2008).  Ada  2  jenis  biopori,  yaitu  biopori alam  dan  biopori  buatan.

Menurut  Griya  (2008),  biopori  merupakan  lubang-lubang  kecil  pada  tanah  yang  terbentuk akibat  aktivitas  organisme  dalam  tanah  seperti  cacing  atau  pergerakan  akar-akar  dalam  tanah. Lubang biopori akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Jadi air hujan tidak langsung masuk  ke  saluran  pembuangan  air,  tetapi  meresap  ke  dalam  tanah  melalui  lubang  tersebut  danakan  tertahan  dalam  lubang,  karena  berisi  bahan-bahan  organic  di  dalamnya.

b.      Fitoremediasi

Fitoremediasi merupakan penggunaan     tumbuhan     untuk     menghilangkan,     memindahkan,     menstabilkan, atau menghancurkan bahan pencemar  baik itu senyawa organik maupun anorganik. Melalui fitoremediasi ini   polutan (zat penyebab  polusi)  seperti  logam  berat,  pestisida,  minyak,  dan  zat  lain  yang  mengotori  tanah,  air,  atau  udara  dapat  dikurangi  bahkan  dihilangkan. Keunggulan teknologi fitoremediasi ini   antara lain:    ramah lingkungan,  biaya  operasional  rendah,  mudah  untuk  diaplikasikan,  aman digunakan, tanah dapat menjadi lebih subur, dan dapat membuat kualitas lingkungan menjadi lebih baik (Zubaidah et al., 2018).

Fitoremediasi  merupakan  teknologi  remediasi  in-situ  yang  memanfaatkan  kemampuan  yang melekat pada tumbuhan hidup (Manousaki & Kalogerakis, 2011; Wang et al., 2017). Ini juga merupakan teknologi pembersihan yang ramah lingkungan dan digerakkan oleh energi matahari, berdasarkan konsep menggunakan  alam  untuk  membersihkan lingkungan.

c.       Toilet pengompos (Composting toilet)

Composting  toilet  merupakan  toilet  kering  yang  menggunakan  proses secara aerob untuk menghancurkan atau mendekomposisi feses yang dihasilkan manusia. Toilet pengompos dapat digunakan sebagai pengganti  toilet  air  pada  umumnya.  Toilet  ini  biasanya  ditambah  dengan  campuran  serbuk  gergaji,  sabut  kelapa,  atau  lumut  tertentu  untuk  membantu  proses  aerob,  menyerap  air,  dan  mengurangi  bau.  Proses dekomposisi ini umumnya lebih cepat dari proses dekomposisi secara anaerob yang digunakan pada septic tank (Zubaidah et al., 2018).

4.      Teknologi ramah lingkungan bidang industry

a.      Biopulping

Biopulping  adalah  teknologi  ramah  lingkungan  yang  terinspirasi  dari proses pelapukan kayu dan sampah tanaman oleh mikroorganisme. Proses pelapukan dilakukan secara alami oleh beberapa jenis mikrob dan jamur, sehingga sampah dari pohon-pohon yang telah mati akan kembali  diserap  oleh  alam  secara  alami.  Terinspirasi dari kemampuan mikrob dalam proses pelapukan kayu, para  ahli  saat  ini  mulai  mengembangkan  proses  pengolahan  limbah  dengan  menggunakan  mikroorganisme  yang  mampu  menguraikan  lignin secara alami yang banyak ditemui secara bebas di alam. Contoh mikroorganisme  yang  digunakan  yaitu  dari  jenis  kapang  (jamur)  Phlebia   subserialis   dan Ceriporiopsis   subvermispora (Zubaidah et al., 2018). Biopulping           merupakan           proses           pengolahan   pulp   yang   menggunakan   mikroorganisme  sebagai  agen  pelapuk.  Tujuan   dari   biopulping   adalah   untuk   memisahkan     komponen     lignin     dari     selulosa     dan     hemiselulosa (Irawan & Suwanto, 2016).  



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama