Reproduksi Pada Tumbuhan Angiospermae

 

A.    Pengertian Tumbuhan Angiospermae

Tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) berasal dari kata angio yang berarti bunga dan spermae yang berarti tumbuhan berbiji, sehingga Angiospermae adalah tumbuhan berbiji yang tertutup. Angiospermae dikatakan tumbuhan berbiji tertutup dikarenakan bijinya selalu diselubungi oleh suatu badan yang berasal dari daun-daun buah yang disebut dengan bakal buah. Kemudian bakal-bakal buah beserta bagian-bagian lain dari bunga akan tumbuh menjadi buah dan bakal biji yang telah terdapat biji tetap terdapat di dalamnya (Audesirk, dkk. 2015).

Angiospermae terdiri dari satu divisi, yaitu Anthopyta (tumbuhan berbunga) yang dibedakan menjadi dua kelas diantaranya tumbuhan monokotil atau magnoliopsida dan tumbuhan dikotil atau liliopsida. Tumbuhan dikotil dan monokotil ini dibedakan atas bebrapa hal, antara lain : struktur biji (jumlah kotiledon), struktur bunga, distribusi berkas pembuluh pada batang, dan struktur akar. Secara umum, tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae) memiliki ciri yang sama dengan tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae). Keunikan tumbuhan berbiji tertutup ini dapat dilihat dari bijinya yang tersusun oleh kotiledon atau keping lembaga. Kotiledon pada tumbuhan Angiospermae membentuk dua kelompok tumbuhan, yaitu tumbuhan monokotil atau berbiji tunggal dan tumbuhan dikotil atau biji berkeping dua (Audesirk, dkk. 2015).

Ciri utama pada Angiospermae menurut (Tjitrosoepomo, 2013) yaitu bakal biji pada tumbuhan Angiospermae berada di dalam megasporofil yang termodifikasi menjadi daun buah (karpel) sehingga serbuk sari harus menembus jaringan daun buah untuk mencapai bakal biji dan membuahi ovum. Pada umumnya, daun dan buah berdaging tebal misalnya pada mangga, jeruk, dan semangka. Pada kacang-kacangan, misalnya buncis, kapri, kacang panjang daun buah berupa kulit polong yang tipis.

Tubuh dan ukuran Angiospermae memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi. Ada yang berupa tumbuhan berbunga terkecil dengan diameter sekitar 2 mm, misalnya pada wolffia hingga pohon raksasa dengan tinggi lebih dari 100 m seperti pada pohon gom. Tubuh angiospermae terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Pada akar angiospermae ada yang serabut dan ada pula yang tunggang, batangnya ada yang berkambium dan ada pula yang tidak berkambium (Nugroho, 2004).

Ciri – ciri tubuh Angiospermae sebagai berikut :

Ciri – Ciri Tubuh Angiospermae

Keterangan

Bakal biji

Diselubungi oleh suatu badan yang berasal dari daun-daun buah yang dinamakan bakal buah

Batang

Bermacam-macam, bercabang-cabang atau tidak

Daun

·         Kebanyakan berdaun lebar

·         Tunggal atau majemuk dengan komposisi yang beraneka ragam

·         Sistem pertulangannya berakena ragam

Bunga

·         Bunga ada, tersusun dari sporofil dan bagian-bagian lain

·         Makrosporofil (daun buah) membentuk bakal biji yang disebut putik dengan bakal biji di dalamnya (tidak tampak)

·         Makrosporofil dan mikrosporofil (benang sari) terpisah atau terkumpul pada satu bunga

Akar

Sistem akar serabut dan akar tunggang

Habitus

Terna, semak, perdu, pohon

Tabel 1. Ciri-ciri Tubuh Angiospermae

 (Sumber : Tjitrosoepomo, 2013 : 7) 

Angiospermae memiliki bunga sebagai alat reproduksinya. Tumbuhan Angiospermae memiliki dua cara bereproduksi yaitu secara seksual (generatif) yang melibatkan alat perkawinan dan aseksual (vegatatif) yang tidak melibatkan alat perkawinan.

 

B.     Reproduksi Vegetatif Angiospermae

Reproduksi vegetatif adalah cara reproduksi tumbuhan dilakukan secara aseksual. Perkembangbiakan tumbuhan secara vegetatif dapat menghasilkan individu baru tanpa melibatkan proses fertilisasi (proses peleburan inti sel kelaim jantan dengan sel betina). Tumbuhan dapat melakukan perkembangbiakan vegetatif karena tumbuhan memiliki sel-sel yang berkemampuan untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel penyusun jaringan dan organ tumbuhan yang disebut dengan sel meristem. Keturunan yang dihasilkan dari perkembangbiakan vegetatif memiliki sifat atau karakter yang sama dengan sifat induknya. Reproduksi vegetatif dapat dibagi menjadi dua yaitu reproduksi vegetatif alami dan vegatatif buatan (Zubaidah, dkk. 2018: 55).

1. Vegetatif Alami

Reproduksi vegatatif alami adalah reproduksi aseksual yang terjadi tanpa campur tangan pihak lain seperti manusia. Ada beberapa cara tumbuhan melakukan reproduksi vegatatif alami menurut Zubaidah, dkk. (2018: 55) antara lain dengan rhizoma, stolon, umbi lapis, umbi batang, dan tunas adventif.

a.     Rhizoma

Rhizoma adalah batang yang tebal dan tumbuh di bawah tanah. Pada rizhoma terdapat tunas, sisik-sisik daun, dan antar ruas.  Apabila rhizoma terpisah dari induknya, maka akan tumbuh menjadi individu baru. Beberapa contoh tumbuhan yang bereproduksi dengan rhizoma yaitu jahe, kunyit, lengkuas, dan temu lawak (Pratiwi, dkk. 1996: 223).



Gambar 1. Rhizoma pada kunyit 1

Sumber : Zubaidah, dkk. 2018

 

b.      Stolon

Stolon atau geragih merupakan batang yang menjalar di permukaan atau di bawah tanah. Panjang stolon bisa bermeter-meter. Di sepanjang stolon tumbuh tunas-tunas liar yang kelak akan tumbuh menjadi individu baru. Stolon yang menjulur di atas tanah misalnya pegagan (Centela asiatica) dan stroberi (Fragraria fesca), sedangkan yang menjalar di bawah tanah misalnya rumput teki (Cyperus rotundus) (Pratiwi, dkk. 1996: 223).



Gambar 2. Stolon pada stroberi 1

Sumber : Zubaidah, dkk. 2018

c.       Umbi Lapis

Umbi lapis merupakan batang yang tumbuh di bawah tanah. Bentuk umbi lapis menggelembung, berair, dan memiliki sisik-sisik daun yang berfungsi sebagai cadangan makanan. Dinamakan umbi lapis karena memperlihatkan susunan berlapis-lapis yang terdiri atas daun yang menebal, lunak, dan berdaging serta batang yang berupa bagian kecil  pada bagian bawah umbi lapis yang disebut dengan cakram. Menurut Pratiwi, dkk. (1996: 222) umbi lapis memiliki tunas samping (anak umbi lapis) yang tumbuh di antara sisik-sisik daun. Tunas samping tersebut akan tumbuh menjadi tumbuhan baru dan memisahkan diri dari induknya. Contoh tumbuhan yang membentuk umbi lapis diantaranya yaitu bawnag merah dan Daffodil.






Gambar 3. Umbi lapis pada bawang merah 1

Sumber : Zubaidah, dkk. 2018

d.      Umbi Batang

Umbi batang (tuber) merupakan batang yang menggelembung di bawah tanah. Umbi batang berisi cadangan makanan, selain itu umbi batang juga berfungsi untuk perkembangbiakan. Pada umbi batang terdapat mata tunas-tunas yang kelak akan tumbuh menjadi tumbuhan baru. Contoh tumbuhan dengan perkembangbiakan umbi batang yaitu pada kentang dan ubi jalar (Pratiwi, dkk. 1996:  222).






Gambar 4. Umbi batang pada kentang 1

Sumber : Zubaidah, dkk. 2018

e.       Tunas Adventif

Tunas biasanya muncul pada tumbuhan yang telah dewasa (tua). Tunas dapat muncul dari akar, batang maupun daun. Menurut Zubaidah, dkk. (2018: 57) pada bagian daun terdapat sel yang selalu membelah dapat membentuk kuncup. Kuncup merupakan calon tunas yang terdiri atas calon batang dan calon daun. Kuncup yang terdapat pada tepi daun disebut kuncup adventif daun atau tunas liar pada tepi daun. Contoh tumbuhan ini seperti pada cocor bebek.






Gambar 5. Daun cocor bebek 1

Sumber : Zubaidah, dkk. 2018

2. Vegetatif Buatan

Reproduksi secara vegetatif buatan yaitu perkembangbiakan makhluk hidup yang terjadi tanpa melalui perkawinan. Perkawinan ini berarti peristiwa bertemunya sel kelamin jantan yang biasa disebut benang sari dan sel kelamin betina yang disebut dengan putik. Menurut Kanedi (2011: 20) reproduksi vegetatif buatan tumbuhan dapat dikatakan juga sebagai perkembangbiakan tumbuhan yang sengaja dilakukan oleh manusia atau dengan bantuan manusia. Macam-macam reproduksi vegetatif buatan diantaranya yaitu cangkok, merunduk, stek, dan okulasi.

a.    Cangkok

Cangkok merupakan cara perkembangbiakan dengan membuang sebagian kulit dan kambium secara melingkar pada cabang batang, lalu ditutup dengan tanah dan dibungkus dengan pembalut (serabut atau plastik). Setelah akar tumbuh, batang dipotong kemudian ditanam. Cangkok hanya dapat dilakukan pada tumbuhan dikotil terutama buah-buahan seperti apel, mangga, dan jambu (Kanedi, 2011: 20). Pencangkokan memungkinkan kombinasi kualitas-kualitas terbaik dari spesies atau varietas yang berbeda menjadi tumbuhan tunggal. Pencangkokan biasanya dilakukan ketika tumbuhan masih muda (Campbell, dkk. 2012: 400).


b.   Merunduk

Merunduk adalah menundukkan cabang atau batang tumbuhan hingga masuk ke dalam tanah. Pada bagian yang ditimbun tanah tersebut kemudian akan muncul akar, kemudian setelah perakaran kuat batang dipotong dan dipisahkan dengan induknya. Merunduk dapat dilakukan pada tanaman yang memiliki cabang batang yang panjang dan lentur, misalnya bunga mawar dan bunga alamanda (Pratiwi, dkk. 1996: 224).


c.    Stek

Menurut tek merupakan suatu perbanyakan tanaman yang dilakukan dengan memotong bagian tanaman (daun, tangkai daun, ranting, batang, akar, dan pucuk) yang kemudian di tancapkan ke dalam tanah atau potongan daun yang cukup diletakkan di atas tanah. Contoh tanaman stek daun pada tanaman cocor bebek. Tanaman sukun dapat diperbanyak dengan stek akar. Tanaman lain yang diperbanyak dengan stek yaitu waru (Hiscus tillaceus) dan tebu (Saccharum officinarum) (Kanedi, 2011: 21). Sebagian besar tanaman rumah, tanaman hias berkayu, dan pepohonan di kebun buah dihasilkan melalui reproduksi aseksual dari fragmen-fragmen tumbuhan yang disebut stek (Campbell, dkk. 2012: 400).


d.    Menyambung

Cara perkembangbiakan menyambung (enten) yaitu dengan memotong suatu batang tanaman lain lalu disambung dengan batang tanaman lain yang spesies tetapi berbeda sifat. Pada satu pohon tanaman hasil enten dapat menghasilkan dua atau lebih buah atau bunga dengan sifat yang berbeda, seperti tanman terong hijau disambung dengan terong ungu, maka akan menghasilkan terong hijau dan terong ungu. Salah satu tanaman yang sering disambung agar terdapat beberapa warna bunga dalam satu tanaman yaitu Bougenvillea (Zubaidah, dkk. 2018: 62).

 

e.    Menempel (Okulasi)

Menempel (okulasi) merupakan reproduksi yang dilakukan dengan menempelkan nata tunas yang ada pada kulit tanaman pada batang tanaman lain yang sejenis. Teknik ini sering dilakukan petani untuk menadapatkan tanaman unggul dari dua atau lebih tanaman yang sejenis. Salah satu penerapan teknik okulasi ialah untuk menghasilkan buah jerus dengan sifat unggul. Kedua macam tumbuhan yang di okulasi biasanya mempunyai kelebihan-kelebihan tersendiri, misalnya tumbuhan jeruk yang perakarannya kuat (Pratiwi, dkk. 1996: 224).

 

C.    Reproduksi Generatif Angiospermae

Reproduksi generatif atau perkembangbiakan generatif disebut juga dengan perkembangbiakan secara kawin (seksual), karena ditandai dengan adanya peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina. Peleburan dua sel gamet tersebut dinamakan dengan pembuahan. Pada tumbuhan berbiji tertutup, pembuahannya didahului oleh penyerbukan, yaitu menempelnya serbuk sari di kepala putik. Pembuahan akan menghasilkan biji, dan biji yang telah jatuh ditempat yang cocok dapat tumbuh menjadi individu baru (Oktaviani, dkk. 2020: 213). Sifat dari keturunan (tumbuhan baru) dapat diperoleh dari gabungan sifat kedua induk. Hal tersebut yang menyebabkan sifat keturunan dari perkembangbiakan generatif bervariasi.

Menurut Pratiwi, dkk. (1996: 2) Perkembangbiakan khusus untuk tumbuhan Spermatophyta melalui beberapa peristiwa yaitu penyerbukan, pembuahan, dan penyebaran bij.

a.    Penyerbukan (Polinasi)

Penyerbukan merupakan peristiwa jatuhnya serbuk sari yang mengandung sel kelamin jantan ke kepala putik yang mengandung sel kelamin betina. Alat-alat perkembangbiakan generatif tumbuhan terdapat pada bunga. Bentuk dan susunan bunga setiap jenis tumbuhan berbeda-beda (Oktaviani, dkk. 2020: 213). Berdasarkan asal serbuk sari, penyerbukan dibedakan menjadi 4 macam yaitu :

·      Penyerbukan sendiri (autogrami), yaitu jika serbuk sari yang menempel pada putik berasal dari bunga itu sendiri. Contohnya seperti bunga turi dan bunga telang.

·      Penyerbukan tetangga (geitonogami), yaitu jika serbuk sari yang menempel pada putik berasal dari bunga lain pada tumbuhan itu juga. Contohnya seperti tumbuhan jagung.

·      Penyerbukan silang (allogami/xenogami), yaitu jika serbuk sari yang menempel pada kepala putik berasal dari bunga tumbuhan lain dan tumbuhan asal polen masih tergolong jenis yang sama. Contohnya seperti mlinjo dan pinus.

·      Penyerbukan bastar (hibridogami), yaitu jika serbuk sari yang menempel pada kepala putik berasal dari bunga pada tumbuhan lain yang berbeda jenis atau setidaknya memiliki satu sifat beda. Contohnya seperti serbuk sari dari jambu batu daging merah pada jambu batu daging putih.

Pada penyerbukan juga terdapat macam-macam penyerbukan berdasarkan jenis perantaranya diantaranya yaitu :

1)   Anemogami

Anemogami yaitu penyerbukan dengan bantuan angin. Tanaman dengan bunga yang berukuran kecil, jumlah bunga banyak dan ringan, serta tidak menghasilkan nektar atau bau merupakan ciri tanaman anemogami. Contoh tanaman tersebut ialah jagung dan padi yang memiliki bunga kecil dan tangkai bunga yang mudah tergoyang bila tertiup oleh angin (Zubaidah, dkk. 2018: 67).

2)   Entomogami

Entomogami adalah penyerbukan yang terjadi karena bantuan serangga. Contoh penyerbukan ini yaitu pada bunga yang menghasilkan nektar seperti bunga matahari dan bunga yang memiliki ciri serupa sangat menarik bagi serangga seperti lebah. Umumnya serbuk sari yang dihasilkan bunga tersebut lengket sehingga mudah melekat pada kaki serangga, sehingga serangga akan ikut memindahkan serbuk sari ke putik (Pratiwi, dkk. 1996: 225).

3)   Ornitogami

Ornitogami yaitu penyerbukan yang dibantu oleh burung. Menurut Zubaidah, dkk (2018: 69) tanaman yang penyerbukannya memiliki ukuran bunga yang besar, bewarna merah cerah, tidak berbau, menghasilkan nektar dalam jumlah yang cukup banyak, dan mahkota bunga berbentuk terompet. Ukuran bunga yang besar berfungsi untuk menahan berat dari burung. Contoh penyerbukan ini pada bunga cangkring atau dadap, dengan bantuan salah satu burung seperti burung kolibri.

4)   Kiropterogami

Kiropterogami merupakan penyerbuka yang dibantu oleh adanya kelelawar. Ciri-ciri bunga yang penyerbukannya dibantu dnegan kelelawar ialah bunga yang menghasilkan nektar, memiliki warna yang menarik, menghasilkan bau, dan mekar pada malam hari. Contoh tanaman ini seperti tanaman kaktus (Pratiwi, dkk. 1996: 226).

5)   Antropogami

Penyerbukan dengan bantuan oleh manusia disebut dengan antropogami. Tanman yang penyerbukannya dibantu oleh manusia biasanya merupakan bunga yang berumah dua, artinya dalam satu pohon hanya terdapat bunga jantan atau bunga betin saja. Menurut Zubaidah, dkk (2018: 70) antropogami dapat dilakukan apabila serbuk sari sulit untuk bertemu dengan putik, sehingga sulit untuk melakukan penyerbukan sendiri. Contoh penyerbukan antropogami misalnya pada tanaman anggrek, tanaman vanili, dan salak.

b.    Pembuahan (Fertilisasi)

Pembuahan atau fertilisasi yaitu proses peleburan gamet jantan (sperma) dengan gamet betina (ovum). Menurut Pratiwi, dkk. (1996: 228) setelah proses penyerbukan sperma akan bergerak ke arah sel telur melalui buluh serbuk sari, kemudian terjadi peleburan inti sel telur dan inti sel sperma di dalam ovula. Ovula yaitu struktur sporofit yang mengandung megasporangium dan gametofit betina. Pembuahan antara gamet jantan dan gamet betina akan menghasilkan embrio (lembaga). Embrio pada tumbuhan berbiji bersifat biporal (dwipolar) karena pada satu kutubnya akan tumbuh dan berkembang membentuk batang dan daun, sedangkan kutub lain akan membentuk sistem perakaran. Apabila terjadi dua kali proses pembuahan maka disebut dengan pembuahan ganda. Pada pembuahan ganda tersebut terjadi pada tumbuhan Angiospermae.


c.    Penyebaran Biji

Tumbuhan melakukan penyebaran biji apabila tumbuhan tersebut induknya terlihat tumbuh berjauhan dengan tempat tumbuh anaknya. Menurut Zubaidah, dkk. 2018: 72 penyebaran biji yang jauh dari induknya akan meningkatkan peluang biji untuk tumbuh dan berkembang dengan baik menjadi individu baru. Hal tersbeut dapat terjadi karena biji yang tumbuh pada suatu area yang dekat dengan induk, akan berkompetisi dengan induk untuk mendapatkan cahaya, air, dan nutrisi. Proses penyebaran biji dapat terjadi secara alami atau dengan bantuan manusia. Pada penyebaran biji juga terdapat macam-macam perantara diantaranya yaitu :

a)      Anemokori

Anemokori merupakan proses penyebaran biji dengan bantuan angin. Ciri-ciri tumbuhan dengan penyerbukan anemokori yaitu bijinya kecil, ringan, dan bersayap. Biji yang ringan dan kecil tidak terlalu dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi, dan keberadaan sayap pada biji akan membantu biji untuk mudah terbawa oleh angin. Contoh tumbuhan ini seperti pada biji bunga Daendelion (Pratiwi, dkk. 1996: 227).

b)      Hidrokori

Menurut Zubaidah, dkk. (2018: 74) hidrokori merupakan proses penyebaran biji yang dibantu oleh adanya air. Penyerbukan ini memiliki ciri-ciri tumbuhan yang hidupnya di dekat daerah perairan seperti pohon kelapa atau bakau yang hidup di dekat pantai atau perairan. Biji kelapa tergolong biji tumbuhan yang berukuran besar yang diselubungi oleh buah dan terdiri atas tempurung kelapa, serabut kelapa, dan kulit kelapa. Kelapa dapat mengapung di air karena serabut buah kelapa memiliki banyak rongga udara sebagai pelampung sehingga kelapa dapat terapung.

c)      Zookori

Zookori ialah proses penyebaran bji dengan bantuan hewan. Menurut Pratiwi, dkk. (1996: 227) pada penyebaran biji dengan zookori terdiri dari 4 macam yaitu :

·         Entomokori, yaitu penyebaran biji dengan perantara serangga seperti pada wijen dan tembakau.

·         Kiropterokori, yaitu penyebaran biji dengan perantara kelelawar seperti pada jambu biji dan tembakau

·         Ornitokori, yaitu penyebaran biji dengan perantara burung seperti pada beringin dan benalu. Tumbuhan ini biasanya terdapat buah yang menjadi makanan buruh tetapi bijinya tidak dapat dicerna.

·         Mammokori, yaitu penyebaran biji dengan perantara mamalia sperti hewan luwak pada penyerbukan biji kopi.

d)      Antropokori

Antropokori merupakan penyebaran biji dengan bantuan manusia. Pada proses penyebaran ini dapat terjadi secara sengaja ataupun tidak sengaja. Contoh penyebaran biji secara sengaja sering dilakukan oleh manusia ketika menanam padi, jagung, dan tanaman biji lainnya. Sedangkan contoh penyebaran biji secara tidak sengaja dapat dilakukan apabila biji tumbuhan tersebut memiliki struktur yang mudah melekat pada pakaian seperti rumput (Pratiwi, dkk. 1996: 228).

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama